Senin, 24 Oktober 2011
Kisah Anak Amerika Yang Masuk Islam
Kisah spiritual anak amerika
yang memeluk islam hanya
karena dia baca mengenai buku
Islam, setelah sebelumnya
orang tuanya memberinya
semua buku semua agama yang
ada di dunia, Orang tua mutusin
agar anaknya sendiri yang
memilih agamanya.
Rasulullah saw bersabda:
”Setiap bayi yang dilahirkan
dalam keadaan fitrah. Maka
kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, atau
Nasrani, atau Majusi.” (HR.
Bukhari)
Kisah bocah Amerika ini tidak
lain adalah sebuah bukti yang
membenarkan hadits tersebut di
atas.
Alexander Pertz dilahirkan dari
kedua orang tua Nasrani pada
tahun 1990 M. Sejak awal ibunya
telah memutuskan untuk
membiarkannya memilih
agamanya jauh dari pengaruh
keluarga atau masyarakat.
Begitu dia bisa membaca dan
menulis maka ibunya
menghadirkan untuknya buku-
buku agama dari seluruh agama,
baik agama langit atau agama
bumi. Setelah membaca dengan
mendalam, Alexander
memutuskan untuk menjadi
seorang muslim. Padahal ia tak
pernah bertemu muslim
seorangpun.
Dia sangat cinta dengan agama
ini sampai pada tingkatan dia
mempelajari sholat, dan
mengerti banyak hukum-hukum
syar’i, membaca sejarah Islam,
mempelajari banyak kalimat
bahasa Arab, menghafal
sebagian surat, dan belajar
adzan.
Semua itu tanpa bertemu
dengan seorang muslimpun.
Berdasarkan bacaan-bacaan
tersebut dia memutuskan untuk
mengganti namanya yaitu
Muhammad ’Abdullah, dengan
tujuan agar mendapatkan
keberkahan Rasulullah saw yang
dia cintai sejak masih kecil.
Salah seorang wartawan muslim
menemuinya dan bertanya pada
bocah tersebut. Namun,
sebelum wartawan tersebut
bertanya kepadanya, bocah
tersebut bertanya kepada
wartawan itu, ”Apakah engkau
seorang yang hafal Al Quran ?”
Wartawan itu berkata:
”Tidak”. Namun sang
wartawan dapat merasakan
kekecewaan anak itu atas
jawabannya.
Bocah itu kembali berkata ,
”Akan tetapi engkau adalah
seorang muslim, dan mengerti
bahasa Arab, bukankah
demikian ?”. Dia menghujani
wartawan itu dengan banyak
pertanyaan. ”Apakah engkau
telah menunaikan ibadah haji ?
Apakah engkau telah
menunaikan ’umrah ?
Bagaimana engkau bisa
mendapatkan pakaian ihram ?
Apakah pakaian ihram tersebut
mahal ? Apakah mungkin aku
membelinya di sini, ataukah
mereka hanya menjualnya di
Arab Saudi saja ? Kesulitan apa
sajakah yang engkau alami,
dengan keberadaanmu sebagai
seorang muslim di komunitas
yang bukan Islami ?”
Setelah wartawan itu menjawab
sebisanya, anak itu kembali
berbicara dan menceritakan
tentang beberapa hal berkenaan
dengan kawan-kawannya, atau
gurunya, sesuatu yang
berkenaan dengan makan atau
minumnya, peci putih yang
dikenakannya, ghutrah (surban)
yang dia lingkarkan di kepalanya
dengan model Yaman, atau
berdirinya di kebun umum
untuk mengumandangkan
adzan sebelum dia sholat.
Kemudian ia berkata dengan
penuh penyesalan, ”Terkadang
aku kehilangan sebagian sholat
karena ketidaktahuanku tentang
waktu-waktu sholat.”
Kemudian wartawan itu
bertanya pada sang bocah,
”Apa yang membuatmu
tertarik pada Islam ? Mengapa
engkau memilih Islam, tidak
yang lain saja ?” Dia diam
sesaat kemudian menjawab.
Bocah itu diam sesaat dan
kemudian menjawab, ”Aku
tidak tahu, segala yang aku
ketahui adalah dari yang aku
baca tentangnya, dan setiap kali
aku menambah bacaanku, maka
semakin banyak kecintaanku”.
Wartawan bertanya kembali,
”Apakah engkau telah puasa
Ramadhan ?”
Muhammad tersenyum sambil
menjawab, ”Ya, aku telah
puasa Ramadhan yang lalu
secara sempurna. Alhamdulillah,
dan itu adalah pertama kalinya
aku berpuasa di dalamnya.
Dulunya sulit, terlebih pada hari-
hari pertama”. Kemudian dia
meneruskan : ”Ayahku telah
menakutiku bahwa aku tidak
akan mampu berpuasa, akan
tetapi aku berpuasa dan tidak
mempercayai hal tersebut”.
”Apakah cita-citamu ?” tanya
wartawan
Dengan cepat Muhammad
menjawab, ”Aku memiliki
banyak cita-cita. Aku
berkeinginan untuk pergi ke
Makkah dan mencium Hajar
Aswad”.
”Sungguh aku perhatikan
bahwa keinginanmu untuk
menunaikan ibadah haji adalah
sangat besar. Adakah penyebab
hal tersebut ?” tanya
wartawan lagi.
Ibu Muhamad untuk pertama
kalinya ikut angkat bicara, dia
berkata : ”Sesungguhnya
gambar Ka’bah telah
memenuhi kamarnya, sebagian
manusia menyangka bahwa apa
yang dia lewati pada saat
sekarang hanyalah semacam
khayalan, semacam angan yang
akan berhenti pada suatu hari.
Akan tetapi mereka tidak
mengetahui bahwa dia tidak
hanya sekedar serius, melainkan
mengimaninya dengan sangat
dalam sampai pada tingkatan
yang tidak bisa dirasakan oleh
orang lain”.
Tampaklah senyuman di wajah
Muhammad ’Abdullah, dia
melihat ibunya membelanya.
Kemudian dia memberikan
keterangan kepada ibunya
tentang thawaf di sekitar
Ka’bah, dan bagaimanakah
haji sebagai sebuah lambang
persamaan antar sesama
manusia sebagaimana Tuhan
telah menciptakan mereka
tanpa memandang perbedaan
warna kulit, bangsa, kaya, atau
miskin.
Kemudian Muhammad
meneruskan, ”Sesungguhnya
aku berusaha mengumpulkan
sisa dari uang sakuku setiap
minggunya agar aku bisa pergi
ke Makkah Al-Mukarramah pada
suatu hari. Aku telah mendengar
bahwa perjalanan ke sana
membutuhkan biaya 4 ribu
dollar, dan sekarang aku
mempunyai 300 dollar.”
Ibunya menimpalinya seraya
berkata untuk berusaha
menghilangkan kesan
keteledorannya, ”Aku sama
sekali tidak keberatan dan
menghalanginya pergi ke
Makkah, akan tetapi kami tidak
memiliki cukup uang untuk
mengirimnya dalam waktu
dekat ini.”
”Apakah cita-citamu yang
lain ?” tanya wartawan.
“Aku bercita-cita agar
Palestina kembali ke tangan
kaum muslimin. Ini adalah bumi
mereka yang dicuri oleh orang-
orang Israel (Yahudi) dari
mereka.” jawab Muhammad
Ibunya melihat kepadanya
dengan penuh keheranan. Maka
diapun memberikan isyarat
bahwa sebelumnya telah terjadi
perdebatan antara dia dengan
ibunya sekitar tema ini.
Muhammad berkata, ”Ibu,
engkau belum membaca
sejarah, bacalah sejarah,
sungguh benar-benar telah
terjadi perampasan terhadap
Palestina.”
”Apakah engkau mempunyai
cita-cita lain ?” tanya
wartawan lagi.
Muhammad menjawab, “Cita-
citaku adalah aku ingin belajar
bahasa Arab, dan menghafal Al
Quran.”
“Apakah engkau berkeinginan
belajar di negeri Islam ?” tanya
wartawan
Maka dia menjawab dengan
meyakinkan : “Tentu”
”Apakah engkau mendapati
kesulitan dalam masalah
makanan ? Bagaimana engkau
menghindari daging babi ?”
Muhammad menjawab, ”Babi
adalah hewan yang sangat kotor
dan menjijikkan. Aku sangat
heran, bagaimanakah mereka
memakan dagingnya.
Keluargaku mengetahui bahwa
aku tidak memakan daging babi,
oleh karena itu mereka tidak
menghidangkannya untukku.
Dan jika kami pergi ke restoran,
maka aku kabarkan kepada
mereka bahwa aku tidak
memakan daging babi.”
”Apakah engkau sholat di
sekolahan ?”
”Ya, aku telah membuat
sebuah tempat rahasia di
perpustakaan yang aku shalat di
sana setiap hari” jawab
Muhammad
Kemudian datanglah waktu
shalat maghrib di tengah
wawancara. Bocah itu langsung
berkata kepada
wartawan,”Apakah engkau
mengijinkanku untuk
mengumandangkan adzan ?”
Kemudian dia berdiri dan
mengumandangkan adzan. Dan
tanpa terasa, air mata mengalir
di kedua mata sang wartawan
ketika melihat dan
mendengarkan bocah itu
menyuarakan adzan.
Subhanallaha
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar